- Gandeng Dompet Dhuafa, SLB TNCC Gelar Lomba Dinul Islam...
- Program Career’s Day SLB TNCC Libatkan Orangtua dalam Pemb...
- "SLB TNCC Gelar Parenting Class Ke-27 Khusus Wanita Tentang ...
- SLB TNCC Ikut Kolaborasi Projek P5PPRA dengan Siswa MAN 1 Ba...
- SLB TNCC Kerjasama Penelitian Manajemen Bencana Untuk Disabi...
- SLB TNCC gelar Webinar nasional dan Aksi turun ke jalan Samb...
- SLB TNCC Terima Penghargaan LPKRA dari Kementrian PPPA...
- SLB TNCC gandeng BNN kota Banda Aceh dalam implementasi Pen...
- SLB TNCC adakan Perkemahan Sabtu Minggu (PERSAMI) bagi siswa...
- Libatkan orangtua dalam pembelajaran SLB TNCC gelar program ...
PEMBELAJARAN MENGUNAKAN METODE FLOOR-TIME DAPAT MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI PADA ANAK AUTISME
Autism
Spectrum Disorder (ASD) atau yang lebih sering disebut Autisme
merupakan gangguan perkembangan syaraf yang mempengaruhi perkembangan bahasa
dan kemampuan seorang anak untuk berkomunikasi, berinteraksi serta berperilaku.
Ada
beberapa faktor yang menyebabkan anak autisme memiliki hambatan dalam
berkomunikasi, diantaranya karena adanya gangguan atau kerusakan pada susunan
syaraf pusat, kelainan yang paling konsisten adalah kelainan pada otak kecil,
Bauman (1991); menerangkan bahwa bagian tertentu dari otak anak autisme tidak
berkembang (underdeveloped) dan tidak
matang (immature). Area yang
berkembang tidak matang (immature)
adalah otak kecil (cerebellum),
sistem limbic (limbic system) dan
brain system.
(Quill: 1995).
Teori
mengungkapkan bahwa hippocampus dan amygdala anak autisme kurang berkembang
(Bauman, 2001: hhtp//www.autism.org/social emotional.html). Lebih dari sepuluh
tahun yang lalu metode penelitian dengan menggunakan teknologi tinggi mulai
mengungkapkan adanya kerusakan secara neurologi pada anak autis, diantaranya
kerusakan khusus pada sistem limbik, terutama dalam amygdala dan hippocampus.
Apabila amygdala dan hippocampus tidak berkembang secara optimal maka akan ada
ketimpangan, yang mana individu tidak dapat melihat fakta (sensori) yang masuk
ke otaknya dan tidak dapat memaknai dan membedakan emosi-emosinya.
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa salah
satu hambatan anak autistik adalah emosi, yang mana hambatan emosi ini dapat
menyebabkan hambatan interaksi dan komunikasi pada anak autistik.
Hambatan-hambatan yang dialami anak-anak autistik sangat kompleks, dan ini
berpengaruh terhadap keberhasilan belajar anak.
Dr.
Greenspan menyatakan bahwa: “Floor time,
a systematic way of working with a child to help him climb the developmental
ladder”.
Floor time,
suatu cara/metode sistematis yang dapat digunakan
untuk membantu anak melalui tahapan perkembangan, dengan harapan dapat
membentuk emosi yang sehat, sosial dan intelektual.
Tujuan
floor time yang utama adalah tercapainya tahapan perkembangan emosi pada anak,
untuk tercapainya komunikasi, berpikir dan membentuk konsep diri. Tapi tujuan
ini tidak ditetapkan secara tepat karena ada sebagian besar tahapan emosi yang
overlap. Oleh karena itu dibuat beberapa tujuan, yaitu: (1). Perhatian yang
mendukung dan keintiman. (2) Membantu komunikasi dua arah. (3) Memberikan
dorongan untuk mengungkapkan dan menggunakan perasaan dan ide (4) Membantu anak
berpikir logis. Tujuannya untuk mendorong anak menghubungkan pikirannya dengan
cara yang logis.
Berdasarkan
paparan di atas maka dalam proses
pembelajaran guru dapat mengimplementasi
pendekatan Floor time dalam pelaksanaan
proses pembelajaran. Tentu saja didukung dengan adanya program pembelajaran
individual, media pembelajaran sesuai karakteristik anak, beragam dan menarik
serta bimbingan penuh yang dilakukan oleh guru secara berkelanjutan.
Beberapa teori
di atas dapat kita sederhanakan pelaksanaannya dalam proses pembelajaran dengan
beberapa kegiatan seperti menyusun PPI, memasukkan progran pendekatan
terapiutik seperti massage oaral, latihan yang bersifat pematangan organ oral
anak/latihan bicara seperti latihan meniup, melatih komunikasi verbal dengan
memberikan pemahaman mengenai instruksi satu arah, mengangguk, menggeleng
ketika menyetujui atau menilak sesuatu, menunjuk yang diinginkan, melakukan
gerakan lagu dan lain sebagainya. Latihan komunikasi verbal seperti perkenalan
diri, bernyanyi, bercerita menggunakan media mnerik seperti boneka jari dan
lainnya, serta latihan menyatakan keinginan, bertanya dan menjawab pertanyaan.
Program sederhana ini harus dilakukan dengan konsisten dan berkelanjutan agar perkembangan
komunikasi anak dapat berkembang dan berprogres dengan baik. Minimalisir
terjedanya kegiatan dalam waktu lama, hal ini akan membuat perkembangana anak
tidak optimal.
Karya :Wahyu Afriyola, S.Pd